BREAKING NEWS

Minggu, 31 Mei 2015

Pivot Point - Menentukan Range

Meski memiliki istilah lain tak perlu pusing saat menggunakan pivot poin, sebab penggunaan indikator ini tak jauh berbeda seperti saat kita memanfaatkan level support dan resistance. Layaknya level support dan resistance umumnya, harga akan secara berulang menguji kedua level tersebut.

Semakin sering pair mata uang menyentuh level pivot kemudian berbalik, maka semakin kuat level tersebut. Sejatinya, "pivoting" bisa kita pahami secara sederhana sebagai "mencapai level support atau resistance dan kemudian berbalik".

Jika level pivot bertahan di satu titik, hal tersebut bisa menjadi kesempatan trading yang baik bagi kita. Misalnya, pada saat harga bergerak mendekati level resistance teratas, kita bisa pasang "sell" dan menempatkan order "stop" tepat di atas resistance.

Bila harga bergerak mendekati level support, yang perlu kita lakukan adalah sebaliknya; memasang "buy" dan tempatkan order "stop" tepat di bawah level support.

Gampang, kan? Cara kerja indikator ini tidak jauh berbeda dengan sistem kerja level support dan resistance yang biasanya. Agar lebih mudah memahami cara kerja indikator ini, mari kita perhatikan grafik GBP/USD dengan time frame 15-menit di bawah ini:


Kita bisa lihat bahwa harga sedang bergerak di sekitar support level S1. Jika yakin bahwa harga akan bertahan lama di sana, maka yang mesti kita lakukan adalah pasang order "buy" di pasar kemudian tempatkan order "stop-loss" di bawah level support berikutnya.

Tapi bagi trader dengan aliran konservatif, kita bisa memasang order "stop" yang cukup luas. Jika harga bergerak melewati level support S2, kemungkinan besar harga tidak akan bergerak kembali ke atas. Hal ini karena level support S1 dan S2 akan berubah menjadi level resistance.

Untuk trader dengan darah agresif, jika kita yakin bahwa level support pada S1 akan bertahan, maka kita bisa memasang order "stop" tepat di bawah level support S1.

Untuk bisa mendapatkan keuntungan, kita bisa memasang target pada PP atau R1, yang juga dapat berperan sebagai level resistance. Nah, sekarang mari kita lihat apa yang terjadi jika kita memasang order "buy" pada pasar.



Dan... yuhuuuu! S1 tampaknya memenuhi takdirnya sebagai level support! Jika sedari awal kita telah mengincar PP sebagai titik untuk mengambil profit, maka dapat dipastikan bahwa harga akan segera menyambar TP kita. Hyahooo! 

Tapi tentu saja, tidak semua pergerakan harga bisa sesederhana itu. Kita tidak bisa bergantung pada level pivot poin. Kita harus memperhatikan, apakah pivot poin sejajar dengan level support dan resistance sebelumnya.

Supaya mendapatkan konfirmasi yang lebih jelas, kita bisa menggunakan pivot poin dengan bantuan analisis candlestick atau indikator lainnya. Misalnya, jika kita melihat doji terbentuk di atas S1, atau indikator stochastic mengisyaratkan kondisi oversold di pasar, maka kemungkinan besar S1 akan bertahan sebagai support pergerakan harga.

Selain itu, pada sebagian besar kesempatan, secara umum trading terjadi di antara level support dan resistance pertama. Harga terkadang akan bergerak di sekitar level kedua. Dan sesekali dia akan menguji level ketiga.

Kita juga harus sepenuhnya paham bahwa terkadang harga akan menembus semua level seperti bagaimana tendangan CR7 menembus gawang lawan di pertandingan sepakbola.

Kalau hal itu terjadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apa kita mesti mempertahankan trade kita saat ini dan untuk beberapa saat menjadi pecundang, yang hanya bisa melihat akun kita terus menyusut? Atau kita harus mengambil kesempatan dan mencuri beberapa pip dari pasar?

Share this:

Posting Komentar

 
Back To Top
Distributed By Blogger Templates | Designed By OddThemes