Yen meraih level tertinggi dalam setahun terakhir atas dollar, di tengah gelombang aksi jual di pasar keuangan karena kekhawatiran mengenai ekonomi dunia. Sedangkan euro rebound, turut terangkat di tengah kejatuhan saham.
Yen, yang terangkat ketika terjadi gejolak di pasar, menguat terhadap 16 mata uang dunia. Volatitas mata uang semakin tinggi di saat saham Eropa jatuh ke level terendah dalam enam bulan, yang turut menekan saham AS. Investor kehilangan minat pada aset berisiko di tengah kekhawatiran mengenai ekonomi global yang sedang melambat. Memburuknya ekonomi China dan emerging markets lainnya menimbulkan kecemasan mengenai ancaman resesi.
Kekhawatiran soal potensi resesi semakin kuat akibat kejatuhan saham perbankan Eropa, yang sudah jatuh rata-rata 20% tahun ini. Bunga rendah yang diterapkan ECB menyebabkan krisis profitabilitas di bank, artinya laba bank dari pinjaman tergerus habis karena bunga di bawah nol. Banyak yang beranggapan kejatuhan saham perbankan sebagai cikal bakal krisis.
Saat ini pasar sedang diliputi oleh kepanikan dan dikendalikan oleh ketakutan, terkait prospek ekonomi global. Karena itu, membutuhkan sesuatu agar bisa tenang kembali, paling tidak untuk sementara. Fokus selanjutnya adalah kesaksian Ketua the Fed Janet Yellen di hadapan Kongres besok malam. Pasar ingin mencari petunjuk soal arah kebijakan the Fed dan komentarnya soal kondisi pasar.
Karena bunga yang rendah, yen sering digunakan untuk membiayai pembelian aset berisiko tapi ber-yield tinggi seperti saham. Ketika terjadi gejolak di bursa saham, investor melepas sebagian portofolio dan kembali mendapat uang dalam bentuk yen. Karena ECB juga menerapkan bunga yang rendah, euro kini digunakan sebagai mata uang carry trade, makanya ikut menguat ketika terjadi gejolak di bursa saham.
Sumber : StrategyDesk
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar