BREAKING NEWS

Sabtu, 22 Agustus 2015

5 Alasan yang Akan Buat The Fed Tunda Naikan Rate

Berkat pemulihan ekonomi AS, empat minggu dari sekarang The Fed diperkirakan mulai menaikkan suku bunganya untuk pertama kalinya dalam satu dekade.

Tapi minutes dari rapat bulan lalu, yang dipublikasikan semalam, menyampaikan sinyal yang lain. Dalam minutes itu memang disebutkan para pejabat mengakui adanya perkembangan yaitu tingginya penyerapan tenaga kerja. Pada dasarnya, The Fed hanya mampu mencapai satu dari dua mandatnya, yaitu ketenagakerjaan maksimal. Pertumbuhan lapangan kerja sangat pesat, yang menyebabkan tingkat pengangguran turun ke 5,3% atau terendah dalam tujuh tahun.

Tapi masih ada serangkaian masalah yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan the Fed. Serangkaian masalah ini bisa menghambat rencana the Fed antara sekarang dan nanti, baik internal maupun eksternal. Berikut lima faktor yang berpotensi membuat the Fed menunda kenaikan suku bunga.

Apresiasi Dollar
Dollar terus menguat dalam setahun terakhir, yang didukung oleh pemulihan ekonomi AS dan prospek kenaikan suku bunga the Fed. Selain itu, penguatan dollar juga disebabkan oleh lesunya ekonomi negara lain, baik maju maupun berkembang. Yield obligasi AS terus menanjak, dianggap imbal hasil yang menarik di saat negara maju lain menawarkan tingkat lebih rendah.

Masalahnya, penguatan dollar membuat barang impor menjadi lebih murah, mengurangi tekanan inflasi. Penguatan dollar juga menekan ekonomi negara berkembang, yang sanat rentan dengan fluktuasi nilai tukar. Sudah banyak negara yang mengalami pelemahan nilai tukar di saat ekonomi lesu, seperti Indonesia, Brazil, Meksiko dan Turki. Kenaikan suku bunga the Fed tentunya bisa menambah tekanan ke ekonomi mereka.

Perlambatan China
Minutes dari rapat bulan lalu juga menunjukkan para pejabat khawatir dengan perkembangan di China. Padahal rapat ini terjadi sebelum devaluasi yuan. Mereka melihat kejatuhan bursa saham China tidak akan banyak berdampak pada prospek pertumbuhannya. Tapi sebagian pejabat khawatir perlambatan tajam ekonomi China bisa membahayakan prospek ekonomi AS.

Sejak rapat itu, kondisi memburuk dengan China mendevaluasi mata uang nya. Langkah itu dianggap sebagai upaya China mendorong ekspor, mengguncang pasar keuangan global karena menimbulkan kecemasan ekonomi China lebih buruk dari dugaan. Pelemahan yuan bisa memicu perang mata uang di kawasan, yang kemudian semakin memperkuat dollar AS. Selain itu, defisit perdagangan AS bisa bertambah.

Perlambatan Lapangan kerja

Meski lapangan kerja tumbuh pesar, minutes menunjukkan para pejabat masih khawatir kondisinya belum cukup sehat. Mereka berpandangan masih banyak orang yang berhenti mencari kerja dan tenaga ahli yang terpaksa bekerja paruh waktu. Bila laporan payroll Agustus, data payroll terakhir yang akan dilihat the Fed sebelum rapat September, menunjukkan angka yang lebih rendah dari bulan lalu, the Fed bisa menunda kenaikan.

Melesetnya Target Inflasi
Bukan hanya penguatan dollar yang menghambat laju inflasi, tapi juga penurunan harga komoditas. Harga minyak terus jatuh, menyentuh ke level terendah dalam 5 tahun. Banyak pengamat mengatakan prospek meningkatnya ekspor minyak Iran setelah pencabutan sanksi bisa semakin menekan harga. Meski positif untuk konsumen, hal ini bisa mempersulit the Fed mencapai target inflasi 2%. The Fed pernah mengatakan tidak akan menaikkan suku bunga sampai yakin inflasi bisa kembali ke target.

Kisruh RAPBN AS
Kongres AS kembali bekerja bulan depan setelah resesi selama Agustus dan banyak pekerjaan menunggu, di antara merampungkan RPABN pada 1 Oktober dan menaikkan pagu utang untuk mencegah default. Adanya ancaman bangkrutnya pemerintah AS (government shutdown) dan kisruh anggaran yang menyebabkan the Fed menunda pemangkasan program pembelian obligasi pada 2013. Hal yang sama bisa terulang kembali, memaksa the FEd menunda kenaikan suku bunga.

Share this:

Posting Komentar

 
Back To Top
Distributed By Blogger Templates | Designed By OddThemes