Ada satu cara lain untuk menggunakan pivot poin dalam strategi trading kita, yakni dengan menaksir sentimen pasar. Tujuan dari pelajaran ini adalah agar kita paham dan bisa membaca kecenderungan para trader pada saat itu, apakah mereka cenderung memasang order buy atau sell. Kita bisa menggunakan pivot poin seperti garis pada lapangan sepak bola. Bergantung pada sisi mana bola, yang dalam kasus Forex berarti harga, berada, kita bisa mengetahui siapa yang saat ini memiliki kekuasaan.
Apakah buyer atau seller?
Jika harga bergerak ke atas dan menembus level pivot poin, ini adalah isyarat bila harga mengalami bullish dan kita harus segera memasang order buy atas mata uang. Bayangkan saja kita sedang kelaparan dan ada tawaran makan soto. Langsung sikat saja, cuy!
Berikut adalah grafik yang menjadi contoh apa yang terjadi jika harga tetap berada di atas level pivot poin.
Pada contoh di samping kita melihat pair EUR/USD sempat terpecah dan dibuka kembali di atas level pivot poin. Harga kemudian bergerak naik dan terus melambung ke atas hingga menembus level resistance.
Sekarang bayangkan jika harga justru anjlok dan menembus level pivot poin ke bawah, maka kau harus segera menjual pair seperti batu bara panas yang bisa melubangi kantung uang kita. Keberadaan harga di bawah level pivot poin akan memberi sinyal sentimen bearish dan seller memiliki kekuasaan atas sesi trading pada saat itu.
Nah, mari kita lihat grafik GBP/USD berikut.
Pada grafik di atas kita bisa melihat harga sedang menguji ketahanan level pivot poin, yang bertahan sebagai level resistance. Hal berikutnya yang kita tahu harga melanjutkan penurunan dan terus merosot. Jika kita mampu membaca petunjuk sebelumnya, bahwa harga akan terus berada di bawah level pivot poin dan menjual pair tersebut, tak pelak kita akan meraup keuntungan yang besar. Bagaimana tidak, GBP/USD anjlok 300 pips.
Tentu saja, kita tidak bisa selalu mendapatkan keuntungan sebab terkadang apa yang terjadi di lapangan forex tidak sama seperti seperti dalam contoh kasus. Kadang ketika kita mengira trader sedang berada di posisi bearish atas pair, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Pair malah berbalik dan membumbung ke atas!
Pada contoh berikutnya jika kita melihat harga anjlok, menembus level pivot poin, dan terjual, maka kita akan menjadi pecundang besar yang menyedihkan. Pada sesi perdagangan Eropa EUR/USD berbalik dan melonjak lebih tinggi sebelum kemudian menembus pivot poin.
Bukan hanya itu, pair tersebut akhirnya bertahan di atas level pivot poin, menunjukkan bagaimana buyer membubarkan diri.
Sekarang kita tahu bahwa ternyata trader adalah sekumpulan manusia labil.
Pandangan seorang trader atas sebuah mata uang bisa berubah-ubah dari hari ke hari, bahkan dari sesi ke sesi. Inilah sebabnya kita tidak bisa begitu saja pasang order buy ketika harga berada di atas pivot poin atau menjual saat harga ada di bawah.
Akan tetapi bila kita menggunakan indikator pivot poin untuk sistem trading sederhana seperti demikian, ada baiknya jika kita mengombinasikannya dengan indikator lainnya agar dapat membaca sentimen pasar secara keseluruhan.
Pivot poin merupakan sistem yang pasling banyak digunakan dan sudah ada sejak lama namun dengan berkembangnya indikator custom maka sekarang pola pivot ini banyak perubahan dengan berbagai varian dan sayapun menggunakan di dalam akun tarding saya di octafx. memang gak mudah kalau trade hanya berdasar PV namun tetap harus menggunakan indikator tambahan sebagai konfirmasi
BalasHapus